Wawancara Sederhana

Ada dua jenis wawancara untuk keperluan berita. Pertama, wawancara dadakan karena bertemu dengan sumber berita tidak direncanakan. Kedua, wawancara yang dipersiapkan secara matang dengan referensi yang cukup tentang sebuah persoalan.

Wawancara dadakan bisa dilakukan wartawan ketika dalam sebuah momen bertemu dengan sumber berita yang relevan dengan persoalan-persoalan yang sedang berkembang saat ini. Jika ini terjadi, wartawan harus siap dengan berbagai alat penunjang seperti alat perekam, alat tulis dan catatan. Kesiapan lainnya adalah wartawan setidaknya mengetahui serba sedikit persoalan yang ditanyakan, sehingga wawancara bisa berjalan lancar.

Sedangkan wawancara yang direncanakan secara matang, tentu saja lebih baik daripada wawancara dadakan. Ada tiga tahap dalam wawancara yang disiapkan.

Pertama, sebelum wawancara terdiri dari;

Topik Wawancara

Pilih topik untuk melakukan persoalan. Pelajari dari berbagai aspek dari topik tersebut. Wartawan bisa meminta bantuan Bagian Litbang atau Perpustakaan perusahaan media jika ada untuk mengumpulkan bahan-bahan yang dimaksud. Namun di era sekarang, wartawan lebih dimudahkan dengan fasilitas pencarian di internet melalui mesin pencari seperti Google, Yahoo, Bing dan lain-lainnya. Referensi itu dinilai memadai untuk mengusai topik wawancara.

Narasumber

Tentukanlah narasumber yang akan diwawancara. Misalnya, jika topik tentang pertanian, maka sejumlah narasumber bisa dipilih seperti Menteri Pertanian, pejabat pertanian yang berkompeten, pakar pertanian dari lingkungan akademik. Kumpulkan informasi tentang narasumber itu seperti pendidikan, jabatan, tingkat kepakaran dan sebagainya. Informasi seperti ini dibutuhkan saat wawancara berlangsung.

Susun Pertanyaan

Wartawan menyusun pertanyaan untuk memudahkan saat proses wawancara berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun diupayakan tidak bertele-tele, tetapi langsung ke pokok persoalan. Dalam penyusunan itu bisa juga digunakan konsep 5 W + 1 H untuk mempertajam pertanyaan, terutama why (mengapa) dan how (bagaimana). Setelah tersusun, kaji kembali apakah susunan pertanyaan itu sudah mencakup apa yang diinginka atau memperjelas persoalan yang akan disajikan.

Alat Bantu

Siapkan alat bantu dalam proses wawancara. Alat bantu itu adalah alat perekam dan alat tulis. Upayakan alat perekam ada dua buah. Ini untuk mencegah jika alat perekam yang satu mengalami kendala seperti tidak bisa berfungsi atau hal-hal lain yang menyebabkan tidak terekamnya hasil wawancara. Jika hal itu terjadi, maka wartawan masih punya cadangan satu alat perekam yang berfungsi. Dalam beberapa momen, wartawan didampingi fotografer atau dia dilengkapi dengan kamera untuk mengambil momen tertentu.

Kedua, ketika wawancara berlangsung.

Fungsikan Alat

Dua alat perekam sudah difungsikan dan alat tulis sudah disiapkan di tangan Anda, ketika wawancara akan berlangsung. Jangan sampai di tengah wawancara, Anda baru menyadari belum dilakukan perekaman.

Cermati Ucapannya

Ajukan pertanyaan secara jelas dan sopan dari susunan pertanyaan yang sudah dibuat. Tetapi Anda harus mencermati setiap perkataan narasumber. Jika ada kata-kata atau kalimat asing yang tidak dipahami, jangan malu untuk meminta penjelasan soal itu kepada narasumber. Sikap sok tahu justru merugikan Anda karena tidak memahami istilah-istilah yang digunakan. Jika dalam wawancara ada topik-topik yang menarik lainnya, jangan sungkan juga untuk mengajukan beberapa pertanyaan untuk menjelaskan hal itu, meskipun tidak ada dalam daftar pertanyaan.

Biarkan Bicara

Kegagalan terbesar dalam wawancara adalah wartawan menutup narasumber untuk berbicara secara leluasa. Ini disebabkan wartawan terlalu banyak bicara dan ingin menimbulkan kesan kepada narasumber bahwa dirinya pintar. Karena itu, sikap terbaik dalam wawancara adalah biarkan narasumber banyak bicara. Wartawan tetap harus bersikap pura-pura tidak tahu, dan menunjukan bahwa tugas wartawan adalah bertanya.

Data Pribadi

Terakhir, jangan sungkan untuk bertanya hal-hal yang bersifat pribadi. Misalnya, meminta nomor ponsel, email, nama istri dan anak-anaknya, alamat rumah, tingkat pendidikan dan pengalaman yang mungkin berkaitan dengan topik wawancara. Ini untuk memudahkan wartawan mengontak ulang jika hasil wawancara itu tidak jelas.

Ketiga, setelah wawancara

Transkrip

Buatlah transkrip atau salinan wawancara dari rekaman. Upayakan transkrip itu utuh. Ini untuk memudahkan wartawan menentukan memilih dan memilah hasil wawancara yang disesuaikan topi.

 

Setelah itu, wartawan tinggal menentukan apakah wawancara itu akan dibuat tulisan dengan struktur piramida kubus yang pertanyaan dan jawaban ditulis dalam tempat yang berurutan. Atau hasil wawancara itu sebagai bahan tulisan profil narasumber.

Pos ini dipublikasikan di Dasar Jurnalistik. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar